Gaya bahasa ini juga menunjukkan adanya kesenjangan sosial dan pendidikan, di mana penggunaan bahasa Inggris sering kali dikaitkan dengan status sosial tertentu, pendidikan tinggi, atau gaya hidup modern.
Meski demikian, fenomena ini tidak jarang mengundang kritik karena dianggap memperlihatkan kesan “sok” atau tidak otentik, terutama bagi mereka yang merasa tidak terbiasa dengan campuran bahasa ini.
Namun, bagi sebagian kalangan, penggunaan bahasa ini dianggap sebagai bentuk kebebasan berekspresi dan mencerminkan kemampuan bilingual atau multilingual yang semakin umum di era globalisasi.
Anak muda menggunakan gaya bahasa ini untuk menonjolkan diri mereka dalam pergaulan sosial yang lebih luas, baik di dunia nyata maupun di media sosial.