Inilahdepok.id – Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati setiap tanggal 5 Juni merupakan momentum penting untuk meningkatkan kesadaran dan aksi masyarakat terhadap perlindungan lingkungan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggunakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia sebagai alat penting untuk meningkatkan kesadaran tentang lingkungan dan mendorong tindakan politik global.
Hari peringatan ini dianggap sebagai kesempatan bagi setiap individu untuk berpartisipasi secara global dalam menyuarakan proteksi Bumi, pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan gaya hidup yang ramah lingkungan.
Sebagai langkah konkret dalam menghadapi perubahan iklim dunia yang semakin mengarah kepada degradasi alam dan lingkungan serta peningkatan pencemaran udara dan bencana alam akibat perubahan iklim yang ekstrim.
Direktur Utama PT Tirta Asasta Depok (Perseroda) M Olik Abdul Holik AK. M.Si, mengatakan bahwa Penyelesaian Krisis iklim yang dapat menyebabkan krisis air bersih bisa diatasi melalui inovasi dan prinsip keadilan, salah satunya dengan inovasi dalam pengolahan air.
Krisis air bersih sendiri terjadi salah satunya karena laju pertambahan dan perpindahan penduduk ke perkotaan yang cukup tinggi.
Penggunaan lahan yang tidak memperhatikan konservasi tanah dan air dan eksploitasi air tanah yang berlebihan yang dilakukan oleh gedung-gedung perkantoran, rumah sakit, pusat perbelanjaan, apartemen.
“Pola pemenuhan kebutuhan air selama ini yang mengandalkan air tanah harus di alihkan kepada air perpipaan. Dengan inovasi kita lakukan pengolahan air sungai dan air permukaan lainnya untuk memenuhi kebutuhan air kita,”
“Untuk itu kita perlu kesadaran masyarakat dalam menjaga sumber air baku, salah satunya sungai Ciliwung’’, ungkap Olik.
Sungai Ciliwung membentang dari hulu di Bogor, meliputi kawasan Gunung Gede, Gunung Pangrango, dan Cisarua lalu mengalir ke hilir di pantai utara Jakarta.
Panjangnya 120 kilometer dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) 387 kilometer persegi. Sungai bersejarah ini pun dibagi tiga sub DAS. Ciliwung hulu seluas 15.251 hektar (di wilayah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor), Ciliwung tengah seluas 16.706 hektar (di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Depok, dan Bekasi) serta Ciliwung hilir seluas 6.295 hektar (di DKI Jakarta).
Berdasarkan penelitian LIPI, dari 187 jenis ikan yang ada, kini hanya sekitar 20 jenis tersisa.