Mitos ini didasari oleh anggapan bahwa semangka bersifat ‘dingin’ dalam kategori makanan menurut konsep tradisional.
- Fakta: Secara medis, tidak ada hubungan langsung antara makan semangka dan risiko terkena flu atau batuk. Flu dan batuk disebabkan oleh virus, bukan karena konsumsi semangka. Sebenarnya, semangka kaya akan vitamin C, yang justru dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh.
4. Mitos: Semangka Dapat Meningkatkan Kesuburan
Beberapa kepercayaan kuno, terutama di Timur Tengah dan Afrika, menganggap semangka sebagai buah yang dapat membantu meningkatkan kesuburan, baik pada pria maupun wanita.
Hal ini mungkin didasarkan pada kesegaran dan kandungan air semangka yang melimpah, yang dikaitkan dengan vitalitas.
- Fakta: Meskipun semangka mengandung banyak nutrisi, seperti likopen (antioksidan) yang baik untuk kesehatan jantung dan sirkulasi darah, tidak ada bukti ilmiah langsung yang mendukung klaim bahwa semangka meningkatkan kesuburan. Namun, kandungan air dan nutrisi lainnya memang dapat mendukung kesehatan umum, yang secara tidak langsung membantu menjaga vitalitas tubuh.
5. Mitos: Semangka Bisa Menyebabkan Keguguran
Di beberapa budaya, ada kepercayaan bahwa makan semangka secara berlebihan selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran.
Mitos ini sering berkembang dari kepercayaan bahwa semangka ‘dingin’ dan dapat mempengaruhi stabilitas janin di dalam rahim.
- Fakta: Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung bahwa semangka dapat menyebabkan keguguran. Sebaliknya, semangka adalah sumber hidrasi yang baik dan bisa membantu mengurangi morning sickness serta pembengkakan selama kehamilan, berkat kandungan air dan mineralnya yang tinggi. Tentu saja, seperti makanan lain, konsumsinya tetap harus dalam jumlah yang wajar.
6. Mitos: Warna Merah Semangka Menandakan Kualitas dan Kematangan
Mitos ini menyebutkan bahwa semakin merah warna daging semangka, semakin manis dan matang buah tersebut.
- Fakta: Meskipun warna merah cerah pada semangka sering kali menandakan kematangan dan kandungan likopen yang tinggi, itu tidak selalu menjadi indikator kemanisan buah. Kematangan semangka dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk jenis semangka, metode penanaman, dan kondisi iklim.
7. Mitos: Semangka Adalah Buah yang “Berat” dan Tidak Boleh Dikonsumsi Saat Diet
Ada kepercayaan bahwa semangka adalah buah yang terlalu “berat” untuk diet, karena kandungan airnya yang tinggi membuat perut terasa kembung atau menyebabkan penambahan berat badan.
- Fakta: Justru sebaliknya, semangka merupakan buah yang ideal untuk dimasukkan ke dalam diet sehat. Kandungan airnya yang tinggi membuatnya mengenyangkan, tetapi rendah kalori, sehingga dapat membantu mengontrol berat badan. Semangka juga kaya akan vitamin A dan vitamin C, yang penting untuk kesehatan kulit dan kekebalan tubuh.
Penutup
Semangka memang memiliki banyak manfaat kesehatan, tetapi mitos-mitos yang berkembang di masyarakat terkadang membuat orang ragu untuk menikmatinya.
Dengan memahami fakta ilmiah di balik mitos-mitos ini, kita bisa lebih bijak dalam mengonsumsi semangka dan memanfaatkan manfaat kesehatannya.
Sebagai buah yang menyegarkan dan penuh nutrisi, semangka tetap menjadi pilihan yang baik untuk dikonsumsi, terutama pada hari-hari panas.***