Opini  

Korupsi di Indonesia, Kejahatan yang Sudah Terlalu Dimaafkan!

Koruptor Merajalela di Indonesia ( Foto Ilustrasi //aa/id )

Opini – Saya tidak punya jabatan. Saya bukan aktivis…..

Saya hanya warga negara biasa yang tiap hari menyaksikan negara ini terus dihancurkan secara perlahan—bukan oleh perang, bukan oleh

pandemi, tapi oleh sesuatu yang lebih kejam: korupsi yang tak pernah jera.

Korupsi Sudah Terlalu “Biasa”

Mari jujur: saat kita mendengar kabar ada pejabat ditangkap KPK, kita tidak lagi kaget.

Bahkan kadang hanya sekadar anggukan kepala, lalu pindah saluran TV. Ini bukan karena kita cuek. Tapi karena terlalu sering.

Menurut Transparency International, skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia tahun 2024 hanya 34 dari 100, berada di peringkat 115 dari 180 negara. Artinya?

Kita tergolong negara dengan korupsi tinggi.

Lalu, apakah koruptor takut? Tidak. Hukuman mereka, jika dibandingkan dengan kerugian negara yang mereka sebabkan, nyaris tidak setimpal.

Baca Juga :  Jalan Raya Sawangan Macet Terus, Janji Pemkot Depok Hanya Sekadar Klakson, Din, Din.....!

Seorang pejabat korupsi dana bansos Rp32 miliar bisa bebas dalam hitungan tahun, sementara orang miskin yang mencuri susu bisa dipenjara 5 tahun. Ini kenyataan.

“Korupsi adalah Kejahatan Terhadap Kemanusiaan”

Kutipan itu pernah dilontarkan oleh mendiang Gus Dur. Dan saya sepakat. Korupsi bukan sekadar pencurian uang.

Ini kejahatan sistematis yang memiskinkan, membodohi, dan membunuh secara perlahan.

Anak di pelosok gagal sekolah karena dana pendidikan disunat. Pasien miskin tidak tertolong karena alat RS rusak dan tidak diganti.

Jalanan rusak makan korban tiap minggu. Itu semua bukan kecelakaan, itu dampak korupsi.

Kita Sudah Terlalu Toleran

Kenapa korupsi tak habis-habis? Karena kita sudah terbiasa membiarkannya. Karena kita hanya marah sebentar, lalu lupa.

Karena banyak dari kita sendiri yang masih kompromi: saat menyogok polisi, bayar “uang pelicin”, atau cuek saat tahu tetangga bisa “urus cepat” sesuatu lewat jalur belakang.

Baca Juga :  Lirik Lagu Biar Ku Sendiri – Totok Towels, Lagu Reggae yang Bikin Baper!

Dan ironisnya, kita kadang justru memuja pelaku korupsi—asal dermawan atau terkenal.

Kita lupa, uang mereka bukan milik mereka.

Saatnya Kita Bertindak, Walau Kecil

Apa yang bisa kita lakukan?

  • Lawan kompromi kecil. Jangan bayar calo, jangan suap petugas, jangan ikut sistem titip.

  • Pilih pemimpin karena rekam jejak, bukan karena baliho atau sembako.

  • Laporkan, bersuara, dan edukasi orang di sekitar kita.

  • Dukung lembaga antikorupsi, dan awasi ketika upaya mereka dilemahkan.

Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Kalau bukan kita, siapa lagi?

Penutup: Korupsi Bukan Tak Bisa Dihentikan, Kita Saja yang Lelah Melawan

Saya tahu tulisan ini mungkin tak akan mengubah sistem. Tapi jika satu orang membacanya, lalu mulai sadar, lalu menolak korupsi dari hal kecil, itu sudah cukup.

Baca Juga :  Pameran Yos Suprapto Dibredel, Tanda-Tanda Kembali ke Masa Orde Baru?

Korupsi bukan tak bisa diberantas. Ia hanya belum dihadapi dengan cukup marah, cukup tegas, dan cukup serius.

Dan itu tugas kita semua.!!!

Oleh: totok towels

Penulis merupakan Rakyat Jelata Indonesia