Menjaga Kesopanan,Tata Krama dan Keharmonisan dalam Berkomunikasi dalam Bahasa Jawa

  • Bagikan
Foto Ilustrasi

Bahasa ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari dengan orang yang belum terlalu akrab atau dalam situasi semi-formal.
Contoh:

  • “Apa kabar?” → “Pripun kabaripun?”
  • “Mau ke mana?” → “Badhe tindak pundi?”
  • Krama
    Krama adalah tingkatan bahasa Jawa yang paling sopan dan formal.

    Bahasa ini digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua, memiliki status sosial lebih tinggi, atau dalam acara resmi.

    Penggunaan krama menunjukkan penghormatan dan kesopanan.
    Contoh:

    • “Apa kabar?” → “Kados pundi kabaripun?”
    • “Mau ke mana?” → “Badhe kesah pundi?”
  • Prinsip Tata Krama dalam Bahasa Jawa

    Tata krama dalam bahasa Jawa tidak hanya terbatas pada pemilihan tingkatan bahasa, tetapi juga mencakup cara berbicara, sikap, dan gestur yang sesuai dengan nilai-nilai kesopanan.

    Berikut adalah beberapa prinsip penting dalam tata krama bahasa Jawa:

    1. Menghormati Orang yang Lebih Tua
      Dalam budaya Jawa, menghormati orang yang lebih tua adalah hal yang sangat penting. Hal ini tercermin dalam penggunaan bahasa krama ketika berbicara dengan orang tua atau orang yang dihormati.
    2. Menggunakan Kata Sapaan yang Tepat
      Kata sapaan seperti “Pak”, “Bu”, “Mas”, atau “Mbak” sering digunakan untuk menunjukkan penghormatan. Misalnya, memanggil seseorang dengan “Pak Guru” atau “Bu Dokter” menunjukkan rasa hormat.
    3. Menghindari Kata-Kata Kasar
      Bahasa Jawa memiliki banyak kata yang dianggap kasar atau tidak sopan. Menggunakan kata-kata tersebut dapat dianggap tidak menghargai lawan bicara.
    4. Memperhatikan Intonasi dan Ekspresi
      Intonasi dan ekspresi wajah juga memengaruhi kesopanan dalam berkomunikasi. Berbicara dengan intonasi yang lembut dan ekspresi yang ramah akan membuat lawan bicara merasa dihargai.
    Baca Juga :  Lagi Viral Kata "Ndasmu", Apa Maksud dalam Bahasa dan Budaya Jawa, Kasar dan Tidak Sopan ?

    Contoh Penggunaan Tata Krama dalam Kehidupan Sehari-Hari

    Berikut adalah beberapa contoh penggunaan tata krama bahasa Jawa dalam berbagai situasi:

    1. Berbicara dengan Orang Tua
      • Ngoko: “Mbok, aku arep mangan.” (Ibu, aku mau makan.)
      • Krama: “Mbok, kula badhe nedha.” (Ibu, saya hendak makan.)
    2. Berbicara dengan Guru
      • Ngoko: “Pak, aku ora ngerti.” (Pak, aku tidak mengerti.)
      • Krama: “Pak, kula mboten ngertos.” (Pak, saya tidak mengerti.)
    3. Berbicara dengan Teman Sebaya
      • Ngoko: “Piye kabarmu?” (Bagaimana kabarmu?)
      • Madya: “Pripun kabaripun?” (Bagaimana kabarnya?)
    Baca Juga :  Lagi Viral Kata "Ndasmu", Apa Maksud dalam Bahasa dan Budaya Jawa, Kasar dan Tidak Sopan ?

    Pentingnya Menjaga Tata Krama dalam Bahasa Jawa

    Tata krama dalam bahasa Jawa bukan hanya sekadar aturan berbahasa, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai budaya dan tradisi yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa.

    Dengan menjaga tata krama, kita dapat:

    1. Menjaga Keharmonisan Sosial
      Tata krama membantu menciptakan suasana yang harmonis dan saling menghargai dalam interaksi sosial.
    2. Melestarikan Budaya Jawa
      Dengan mempraktikkan tata krama, kita turut melestarikan warisan budaya Jawa yang adiluhung.
    3. Membangun Citra Diri yang Baik
      Orang yang pandai menjaga tata krama akan dianggap sebagai pribadi yang sopan, beradab, dan menghormati orang lain.
    Baca Juga :  Makna Lahir di Hari Jumat Pon: Karakter, Rezeki, dan Perjalanan Hidup

    Kesimpulan

    Tata krama dalam bahasa Jawa adalah cerminan dari nilai-nilai kesopanan dan penghormatan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa.

    Dengan memahami dan mempraktikkan tingkatan bahasa serta prinsip-prinsip tata krama, kita tidak hanya menjaga keharmonisan dalam berkomunikasi tetapi juga turut melestarikan budaya Jawa yang kaya akan nilai-nilai luhur.

    Mari kita terus menghargai dan mempraktikkan tata krama dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bahasa Jawa maupun dalam interaksi sosial lainnya.***

    • Bagikan