- F054952CEF20F0CD41E9111C0F7F3DC2

Jalur Lambat dan Cepat Ruas Margonda Dipisah

  • Bagikan
Sejajar Rel Kurangi Beban Macet Margonda

Inilahdepok.id- Pemisahan jalur lambat dan cepat di ruas Margonda hingga kini terus dilakukan. Satuan Lalu Lintas Polresta Depok sudah melakukan sosialisasi sejak awal Januari 2018. Sedangkan persiapan untuk marka jalan telah dilakukan oleh Dinas Perhubungan sejak November 2017.

Dengan pemisahan jalur ini, Satlantas Polresta Depok mengklaim bisa menurunkan kemacetan hingga 30 persen saat akhir pekan. Kemacetan di Margonda sendiri kerap terjadi tiap akhir pekan. Dimana jumlah kendaraan yang melintas lebih banyak dari hari kerja. “Kemacetan berkurang hingga 30 persen. Arus lalin menjadi lebih lancar setelah pemisahan jalan,” kata Kasat Lantas Polresta Depok Kompol Sutomo.

 

Ditegaskan, pihaknya hingga kini masih melakukan sosialisasi hingga akhir Januari. Penindakan tegas akan dilakukan pada Februari nanti bagi kendaraan yang melanggar. “Dengan pemisahan jalur ini kita pisahkan untuk roda dua dan angkutan umum untuk berada di jalur kiri. Dan roda empat ada di jalur kanan,” tukasnya.

Baca Juga :  Disdik Depok Keluarkan Kebijakan KBM Selama Ramadan

 

Untuk membantu pengendara, sudah dipasang spanduk dan baliho di delapan titik. Antara lain di dekat pintu masuk Depok, perempatan Jalan Juanda, Jalan Arif Rahman Hakim, depan Gramedia dan Detos. “Sehingga pengendara bisa mengetahui dan mematuhi aturan tersebut,” tegasnya.

 

Dikatakan, sejak diberlakukan sistem ini, arus lalin menjadi lebih lancar saat akhir pekan. Disisi lain, pihaknya terus melakukan sosialisasi dan imbauan kepada pengendara agar mematuhinya. “Lumayan terlihat kepatuhannya. Motor dan angkot sudah melajur di jalur lambat. Sehingga kendaraan menjadi lebih lancar,” akunya.

 

Data yang dimiliki pihaknya jumlah kendaraan yang melintas di Margonda per menit mencapai 950 unit. Terdiri dari 600 motor dan 250 mobil per menitnya. Sehingga ruas Jalan Margonda pun tak dapat menampung kendaraan. “Dari sisi jalan sudah tidak mungkin lagi sehingga rekayasa lalin pun diperlukan untuk mengatasi kondisi ini,” katanya.

 

Sutomo menjelaskan, dengan sistem ini juga bisa menekan angka kecelakaan dan meninggal dunia. Ditahun 2016 kata dia yang meninggal dunia karena kecelakaan mencapai 19 orang. Dan tahun 2017 turun menjadi hanya sembilan orang. “Karena angkot biasa berhenti di jalur cepat dan ini mengganggu penyebrang jalan,” paparnya.

Baca Juga :  199 Napi di Rutan Kota Depok Dapat Remisi

 

Pihaknya mengaku tak ada kendala selama mengatur lalin sistem pisah jalur ini. Karena selain sudah ada spanduk dan baliho, rata-rata pengendara jalan juga sudah mengetahui. “Kita kan sosialisasi setiap hari. Jadi mereka sudah mengetahui sejak awal tahun,” tukasnya.

 

Pakar manajemen inovasi Universitas Indonesia (UI) Ali Berawi menyarankan agar Pemerintah Kota Depok mengembangkan wilayah lain selain Margonda. Misalnya Sawangan atau kawasan Grand Depok City. Terlebih di GDC sendiri berdiri banyak perkantoran sehingga kawasan tersebut dianggap bisa dikembangkan sebagai alternatif Margonda. “Sudah saatnya dilakukan pengembangan wilayah selain Margonda,” katanya.

 

Menurutnya jika persoalan kemacetan di Depok diatasi dengan baik dan serius maka akan bisa terurai. Sehingga pengendara pun bisa dengan nyaman berkendara tanpa terkendala arus yang tersendat. “Saat ini jumlah motor sudah terlalu banyak. Ada baiknya dibuat juga alternatif jalur di ruas lain di Depok sehingga tidak hanya berpusat di Margonda,” pungkasnya.

Baca Juga :  DKR Salurankan Hasil Zakat Fitrah Anggotanya

 

saat ini kondisi jalan di Depok sudah tidak sebanding dengan kendaraan yang ada. Sehingga perlu dibangun jalur baru untuk alternatif jalan. Dia juga menyarankan dibangun jalan layang sehingga pengendara yang hanya melintas Margonda saja bisa melalui jalan layang. “Dengan demikian traffic bisa sedikit berkurang. Karena yang hanya melintas saja bisa lewat jalan layang,” katanya.

 

Dia juga menyarankan pentingnya membangun sistem transportasi publik yang baik. Sehingga masyarakatpun pada akhirnya dengan sadar beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik. “Transportasi publik harus diperbanyak dan dibuat yang nyaman. Dibuatkan park and ride. Kemudian trotoarnya dibuat nyaman sehingga orang bisa dengan nyaman juga berjalan dari tempat parikir ke tempat transportasi publik,” tutupnya.(ctr/id)

 

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *